Insentif Mobil Listrik Disetop 2026, Dana Dialihkan ke Proyek Mobil Nasional

Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menghentikan insentif bagi mobil listrik mulai tahun 2026 dan mengalihkan anggaran tersebut ke pembangunan proyek mobil nasional. Keputusan ini disampaikan oleh Airlangga Hartarto — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian — dalam acara Indonesia Connect Outlook 2026 di Jakarta.

Alasan di Balik Penghentian Insentif

Menurut Airlangga, pemerintah selama ini sudah menyalurkan insentif sekitar Rp 7 triliun untuk mendukung mobil listrik.
Kini dengan hadirnya pabrik perakitan mobil listrik di dalam negeri, biaya produksi bisa ditekan — terutama karena transisi dari impor utuh (CBU) ke model “completely knock down” (CKD) yang bea masuknya jauh lebih rendah.
Karena biaya produksi menurun, insentif langsung dianggap tidak lagi diperlukan untuk menjaga daya saing kendaraan listrik. Oleh karena itu, anggaran subsidi mobil listrik akan digeser untuk mendukung proyek mobil nasional.

Dampak bagi Industri dan Pasar Otomotif

Dengan penghentian insentif dan beralihnya fokus ke mobil nasional, diperkirakan akan ada beberapa dampak:

  • Produsen mobil listrik yang sebelumnya mengandalkan insentif impor mungkin harus menyesuaikan strategi produksi mereka, termasuk investasi di lokal atau CKD. Hal ini sejalan dengan kebijakan regulasi yang menuntut lokalisasi.
  • Pasar otomotif bisa mengalami pergeseran harga. Pada masa insentif, keberadaan EV sudah mendorong kompetisi harga terhadap mobil konvensional—sesuatu yang telah membuat harga beberapa model mobil turun.
  • Pelaku industri nasional berpeluang mendapat dukungan lebih besar, karena anggaran dialihkan ke proyek mobil nasional — yang kemungkinan akan mendorong investasi, produksi lokal, dan pengembangan ekosistem otomotif dalam negeri.
Catatan: Bukan Penghentian EV, Tapi Transformasi Strategi

Penting untuk dicatat bahwa keputusan ini bukan berarti penolakan terhadap kendaraan listrik secara keseluruhan. Justru sebaliknya — pemerintah menggunakan momentum bahwa Industri EV di Indonesia sudah mulai menunjukkan kemajuan (pabrik sudah ada, struktur biaya produksi mulai kompetitif).
Alih-alih subsidi langsung, fokus dialihkan untuk memperkuat pondasi industri otomotif nasional melalui proyek mobil nasional — upaya yang bisa memberi manfaat jangka panjang bagi ekonomi, tenaga kerja, dan kemandirian otomotif.

Tantangan & Peluang ke Depan

Tantangan:

  • Produsen mobil listrik impor harus segera menyesuaikan dengan kebijakan lokalisasi atau menghadapi beban biaya penuh tanpa insentif.
  • Pelanggan yang berminat pada EV bisa menerima harga yang lebih tinggi — setidaknya untuk sementara, sampai industri lokal benar‑benar mapan.

Peluang:

  • Percepatan pembangunan industri otomotif lokal melalui proyek mobil nasional bisa membuka lapangan kerja dan memperkuat rantai pasok dalam negeri.
  • Dengan fokus pada produksi lokal, konsumen pada akhirnya bisa menikmati mobil yang lebih terjangkau dan sesuai kebutuhan lokal — asalkan produksi massal dan efisiensi tercapai.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top